KALANGAN JAMBI - Perempuan memiliki risiko tiga hingga empat kali lebih tinggi mengalami migrain dibandingkan laki-laki, ungkap dokter spesialis neurologi dr. Restu Susanti, Sp.N(K). M.Biomed dalam sebuah diskusi kesehatan daring pada Kamis.
“Migrain adalah nyeri kepala berulang yang terjadi di satu sisi dan dapat semakin parah dengan aktivitas fisik intens,” jelas Restu. Gejala migrain sering disertai mual, muntah, serta sensitivitas terhadap suara dan cahaya terang.
Dr. Restu, yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, menyebutkan bahwa migrain pada perempuan biasanya berlangsung lebih lama, lebih sering kambuh, dan memiliki waktu pemulihan yang lebih panjang dibandingkan dengan pria.
Baca Juga: Cek Pengumuman Hasil UTBK SNBT 2024! Simak Cara dan Link Lengkapnya Disini
Hormonal dan Migrain
Migrain pada perempuan erat kaitannya dengan fluktuasi hormon. Peningkatan hormon estrogen, terutama selama siklus menstruasi atau kehamilan, mempengaruhi kadar calcitonin gene-related peptide (CGRP), yang dapat memicu migrain.
“Perubahan hormonal yang dimulai dari pubertas, menstruasi, kehamilan, hingga menopause memainkan peran penting dalam pencetus migrain pada perempuan,” tambah Restu. Intensitas migrain biasanya meningkat sejak pubertas, memuncak pada masa reproduksi, dan menurun saat menopause.
Baca Juga: Kamu Harus Tau! Efek Samping Botox Wajah dan Pantangan Setelah Botox Wajah
Dampak Migrain pada Kehidupan Sehari-hari
Migrain yang terus-menerus dapat menurunkan produktivitas dan menyebabkan gangguan emosional. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan sosial serta kemampuan pengasuhan bagi perempuan yang sudah berkeluarga.