Network
Kalangan Jambi - Provinsi Jambi punya warisan budaya tak benda berupa sastra lisan yang harus dilestarikan. Ialah Senandung Jolo. Sasta tutur ini berkembang di dusun Tanjung, Kecamatan Kumpeh Ilir, Kabupaten Muaro Jambi.
Baru-baru ini, Senandung Jolo berhasil memecahkan rekor MURI saat dimainkan secara massal oleh 1.012 pelajar SMP se-Muaro Jambi pada puncak Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Kamis 2 Mei 2024.
Dikutip dari laman Kemendikbud, Senandung jolo merupakan suatu kesenian dengan materi utamanya adalah sastra tutur dalam bentuk pantun yang dinyanyikan. Awalnya kesenian ini hanya berfungsi sebagai curahan hati yang yang diungkapkan sambil menunggu sawah atau pada saat berada di perahu seusai memasang alat tangkap ikan.
Baca Juga: Wisata Jambi Paradise: Harga Tiket, Wahana, dan Jam Buka
Pada perkembangannya kesenian ini tampil sebagai seni pertunjukkan. Ciri khas yang menandai kesenian ini pada saat dipertunjukan yaitu pemain musik dan penyanyinya selalu dalam posisi duduk.
Lalu, jumlah pemain musik dan penyanyi tidak dibatasi, tapi minimal 2 orang. Syair pantun dinyanyikan secara berbalasan, diiringi dengan alat musik pukul.
Awalnya Senandung Jolo berupa pantun yang diiringi alat musik Gambang. Seiring perkembangan zaman kesenian tradisonal ini sudah banyak mengalami perubahan.
Sebagai musik pertunjukan, Senandung Jolo dimainkan dari instrumen yang digunakan seperti gong, gendang melayu, gambang kayu serta vokal. Gambang sendiri merupakan alat musik sejenis perkusi yang terbuat dari beberapa bilah kayu atau kayu mahang.
Baca Juga: Daftar 5 Mall Terlengkap di Kota Jambi, Wisata Akhir Pekan
Senandung Jolo berawal dari kebiasaan masyarakat dahulu, yang sebagian besar bermata pencarian Behumo atau Berladang di hutan. Sebagai seni pertunjukkan, senandung jolo ditampilkan dalam acara pesta perkawinan, pesta panen, dan acara-acara seremonial yang diselenggarakan oleh pemerintah.
