Manfaat Ganda Jalan Kaki dan Bersepeda: Menjaga Kebugaran Usai Beribadah Haji

- 1 Juli 2024, 21:35 WIB
Aktivitas olahraga yang menurut dokter bisa dilakukan oleh penderita penyakit jantung antara lain jalan kaki.
Aktivitas olahraga yang menurut dokter bisa dilakukan oleh penderita penyakit jantung antara lain jalan kaki. /FOTO: ANTARA (Pexels)

KALANGAN JAMBI - Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) menyarankan jamaah haji yang baru tiba di tanah air untuk melakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki dan bersepeda guna menjaga kebugaran fisik setelah menyelesaikan rangkaian ibadah haji yang panjang.

“Usai mengikuti haji, kita bisa melakukan olahraga yang intensitas kekuatannya rendah. Misalnya dia bisa berjalan kaki atau melakukan bersepeda statik di rumah tanpa adanya pembebanan yang tinggi,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Perdokhi Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR, MARS, AIFO–K, kepada ANTARA melalui telepon di Jakarta, Senin.

Baca Juga: Hindari Burnout dan Konflik: Lima Kiat Membangun Mentalitas Positif di Tempat Kerja

Menanggapi kedatangan ribuan jamaah haji yang pulang ke Indonesia, Syarief menekankan pentingnya bagi para jamaah untuk secara bertahap melakukan olahraga ringan guna menghindari tubuh dari shock akibat lama duduk di dalam pesawat maupun setelah menjalani rangkaian ibadah haji yang panjang.

Untuk olahraga berjalan kaki, dia menyarankan agar jamaah melakukannya secara perlahan di tempat yang aman dan datar daripada di area berbukit atau banyak turunan. Lokasi ini lebih cocok bagi mereka yang memiliki komorbiditas seperti penyakit paru-paru atau jantung.

Baca Juga: Menghadapi Cuaca Panas di Tanah Suci: Tips Jitu Menghindari Kaki Melepuh bagi Jemaah Haji

Bagi jamaah yang lebih memilih berolahraga di dalam rumah, mengayuh sepeda statis bisa menjadi pilihan yang tepat karena tidak memerlukan banyak gerakan atau berpindah tempat. Syarief juga menyarankan olahraga lain yang bisa dilakukan di rumah, seperti aerobik dengan intensitas gerakan rendah hingga sedang untuk menjaga kelenturan semua sendi tubuh.

Sementara untuk olahraga lain seperti yoga dan zumba, Syarief menilai jamaah dapat melakukannya dengan catatan bagi penderita komorbid disesuaikan dengan kondisinya masing-masing.

“Tergantung pada komorbiditasnya, tergantung jenis komorbidnya. Kalau komorbidnya karena hipertensi ataupun diabetes harus disesuaikan dengan pola minum obatnya, aktivitasnya, apakah dia memang sudah stabil atau belum tergantung dari komorbid,” kata dia.

Baca Juga: Gangguan Mental Tingkatkan Risiko Stroke Remaja Tiga Kali Lipat

Halaman:

Editor: Halim

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah