ESAI: Bahasa Daerah dan Lokalitas dalam Karya Sastra sebagai Strategi Pemertahanan Bahasa

- 19 April 2024, 22:58 WIB
Ilustrasi - Strategi pemertahanan bahasa daerah
Ilustrasi - Strategi pemertahanan bahasa daerah /Kemendikbudristek /

Begitu pula dalam puisi Rini Febriani Hauri, dalam puisi Seloko. /sudah kuduga kau akan bertandang / dari pulau nun jauh // kau bujang dan aku gadis / kita besuo di hadapan majelis//.

Pada kutipan puisi tersebut, bentuk puisi layaknya judul dalam puisi tersebut yaitu berbentuk seperti seloko. Sebenarnya masih panjang puisi ini, ada enam bagian yang diberi sub-judul khusus sebagai rangkaian cerita/narasi layaknya seloko, beghusik sighih begughau pinang, tegak batuik duduk batanyo, serah terimo adat lumbago, adat diisi lumbago dituang, cuci kaki santan bermanis, dan nasi sapat. Dari segi bentuk tampak seperti puisi bergaya bebas. Puisi ini tentang laki-laki yang ingin meminang perempuan. Bentuk seloko bisa saja mewakilkan proses isi dalam puisi tersebut.

Strategi ini sangat memungkinkan, mengingat masyarakat sudah mengenal sastra sejak lama. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, penggunaan sastra sebagai sarana pendidikan atau didaktis bukanlah hal baru. Dilihat dari bentuk cerita rakyat dan puisi rakyat, pendekatan didaktis yang implisit menunjukkan bahwa sastra menjalankan misinya sendiri. Nilai yang terkandung dalam karya sastra dapat diinterpretasi pembaca melalui proses resepsi.  Pemakaian kosakata daerah dan lokalitas menjadi persoalan yang berhasil. Karena kosakata daerah dan lokalitas akan dibicarakan lagi dalam forum diskusi. Maka tidak hanya narasi cerita yang membawa konsep yang substansi tapi penggunaan kosakata juga demikian.

Dengan konsep ini, bahasa daerah dapat pula dipakai dalam mengekpresikan budaya lewat karya sastra. Penulis yang sering mengangkat unsur budaya dengan kontras sehingga makna kosakata tidak hanya semantis dan universal, tetapi juga terdapat nilai budaya. Maka dengan hadirnya karya sastra yang menggunakan bahasa daerah dapat menjadi bahan ajar karena memberikan informasi terkait nilai-nilai kosakata tersebut.

*Esai ini ditulis oleh Dimas Sanjaya, sebagai tugas penulisan esai dan kritik perkuliahan di Sastra Indonesia, Universitas Jambi.

Halaman:

Editor: D. Sanjaya Putra


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah