Optimisme di Tengah Ketidakamanan Global: Ramalan Cerah ADB untuk Ekonomi Indonesia'

- 6 Mei 2024, 08:40 WIB
Jiro Tominaga, Asian Development Bank
Jiro Tominaga, Asian Development Bank /

Kalangan Jambi - Asian Development Bank (ADB) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil sebesar 5% pada tahun 2024 dan 2025, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan besar.

"Menurut saya perekonomian Indonesia cukup kuat, kami memperkirakan sekitar 5,0% untuk tahun ini dan kemudian tahun depan," ungkap Jiro Tominaga, Direktur Asian Development Bank (ADB) untuk Indonesia saat berbincang di sela-sela Pertemuan Tahunan ADB ke-57 di Tbilisi, Georgia, Minggu (5/5/2024)

Dorongan terbesar berasal dari konsumsi rumah tangga. Kemampuan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menjaga inflasi pada level 2,8% membuat daya beli masyarakat tetap mendorong perekonomian.

Baca Juga: Wanti-wanti Bank Indonesia Ingatkan Jambi Cari Sumber Pertumbuhan Baru

Kemudian investasi, menurut Jiro tetap baik meskipun ada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Investor juga lebih cepat keluar dari situasi wait and see karena sudah ada kepastian pemerintah baru, yaitu Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Gibran Rakabuming Raka.

"Saya melihat ke depan akan ada peningkatan investasi," ujarnya. Sementara ekspor tidak akan setinggi dua tahun terakhir, karena harga komoditas utama seperti batu bara hingga minyak kelapa sawit (CPO) turun drastis.

Tantangan besar yang harus dihadapi pemerintah Indonesia dan negara lain di dunia adalah tensi geopolitik, berkaitan dengan perang besar terjadi antara Rusia dan Ukraina belum usai. Kemudian beberapa bulan lalu juga terjadi perang antara Israel dan Hamas serta memicu ketegangan antara negara maju.

Baca Juga: Kamu Harus Tau! Cara Investasi Emas untuk Pemula

Situasi tersebut mempengaruhi sederet persoalan yang berkaitan dengan kebutuhan orang banyak. Salah satunya energi. Perang mengakibatkan harga energi, seperti bahan bakar minyak naik drastis.

Negara maju mungkin lebih baik dalam melakukan mitigasi. Akan tetapi negara berkembang dan miskin tidak cukup banyak yang mampu melakukan penanganan. Salah satunya karena alasan keterbatasan anggaran. Peningkatan utang yang menjadi solusi banyak negara harus hadapi tantangan suku bunga tinggi dalam waktu yang panjang.

Halaman:

Editor: Halim

Sumber: CNBC Indonesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah